Bodenkäufe und Enteignungen waren n

Bodenkäufe und Enteignungen waren notwendig, um Trassen verlegen zu können. Weighindernisse mussten durch Brücken und Tunnnels überwunden werden, die beide meist anspruchsvolle Aufgaben an die Ingenieurskunst stellten, manchmal mit ästhetisch eindrucksvollen Resultaten. In Städte konnte der Bahnbau schwere Wunden schlagen. Alte Quartiere wurden abgerissen, Stadtteile durch Gleisenlangen voneinander getrennt. Die Kopfbahnhöfe der großen Metropolen definierten Innenstädte auf neue weise als die schienenlosen Zonen zwischen den Endpunkten der verschidenen Strecken. Architektonisch wurden Bahnhöfe zu den aufwändigsten Großprojekten der Epoche.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Pembelian tanah dan pengambil alihan yang diperlukan untuk meletakkan trek. Weighindernisse harus diatasi dengan jembatan dan Tunnnels, tugas-tugas yang paling menuntut pada seni teknik yang baik, kadang-kadang dengan hasil yang mengesankan estetis. Kota-kota, pembangunan rel kereta api bisa mencapai luka parah. Old quarters dirubuhkan, Kelurahan dipisahkan oleh Gleisenlangen. Stasiun terminal kota besar didefinisikan pusat kota pada cara baru sebagai zona schienenlosen antara Endpoint rute yang berbeda. Stasiun adalah arsitektur proyek-proyek besar yang paling mahal dari era.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

pembelian tanah dan pengambilalihan yang diperlukan untuk jalur rute bisa. Weighindernisse harus diatasi dengan jembatan dan Tunnnels yang sangat baik tugas yang paling menuntut untuk rekayasa, kadang-kadang dengan hasil estetis mengesankan. Di kota-kota pembangunan kereta api menunjukkan luka serius. perempat tua dihancurkan lingkungan dipisahkan oleh trek Langen. Stasiun terminal dari daerah metropolitan utama didefinisikan pusat kota pada fashion baru dari zona tanpa rel antara endpoint dari rute yang berbeda. Arsitektur yang Stasiun proyek skala besar yang paling kompleks pada zaman tersebut.