Plötzlich wachte sie auf. Es war ha

Plötzlich wachte sie auf. Es war halb drei. Sie überlegte, warum sie aufgewacht war. Ach so! In der Küche hatte jemand gegen einen Stuhl gestoßen. Sie horchte nach der Küche. Es war still. Es war zu still, und als sie mit der Hand über das Bett neben sich fuhr, fand sie es leer. Das war es, was es so besonders still gemacht hatte: sein Atem fehlte. Sie stand auf und tappte durch die dunkle Wohnung zur Küche. In der Küche trafen sie sich. Die Uhr war halb drei. Sie sah etwas Weißes am Küchenschrank stehen. Sie machte Licht. Sie standen sich im Hemd gegenüber. Nachts um halb drei. In der Küche.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Tiba-tiba ia terbangun. Itu setengah melewati dua. Dia bertanya-tanya mengapa dia telah terbangun. Ah, jadi! Di dapur, seseorang terhadap kursi telah mendorong. Dia mendengarkan dapur. Itu tenang. Itu terlalu tenang, dan saat ia melaju dengan tangan di tempat tidur di sampingnya, dia merasa kosong. Itu adalah apa yang membuatnya begitu istimewa masih: nafasnya yang hilang. Dia berdiri dan meraba-raba melalui rumah gelap ke dapur. Mereka bertemu di dapur. Jam adalah setengah melewati dua. Dia melihat sesuatu yang putih di lemari dapur. Dia membuat cahaya. Anda dihadapkan dengan kemeja. Pada malam sekitar 2:30. Di dapur.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Tiba-tiba ia terbangun. Itu tiga puluh. Dia bertanya-tanya mengapa ia terbangun. Oh! Di dapur seseorang telah menabrak kursi. Dia mendengarkan dapur. Itu diam. Itu terlalu tenang, dan ketika ia berlari tangannya di atas tempat tidur di sampingnya, ia menemukan itu kosong. Itulah yang membuatnya begitu sangat tenang: napasnya hilang. Dia berdiri dan meraba-raba melalui apartemen gelap ke dapur. Di dapur mereka bertemu. menonton itu tiga puluh. Dia melihat sesuatu putih di lemari dapur berdiri. Dia membuat cahaya. Mereka saling berhadapan di kemeja. Malam di 02:30. Di dapur.